Siklus perundungan yang tersamar dalam kurikulum tersembunyi pembentukan karakter mengakar kuat pada masa pendidikan dokter. Pelaporan menjadi tantangan penyelesaian kasus perundungan yang berkelanjutan.
Perundungan Dalam Kurikulum Kedokteran Kronologi Kejadian
Seorang Pria(31) mengambil keputusan besar untuk keluar dari masa pendidikan kedokteran, menjadi momen tak pernah terbayangkan dalam hidupnya. Visi dalam dunia kedokteran yang seharusnya berkaitan dengan kesehatan berbading terbalik dengan lingkungan pendidikan yang dirasakan pria 31 tahun tersebut.
Namun pernah ada beberapa hal yang dia rasakan dan menurutnya tak masuk akal. Pernah suatu kali ia jaga malam dalam kondisi sakit. Ia demam dan perutnya melilit. Paginya, timnya mesti melakukan presentasi kasus di hadapan senior.
“Saat ingin presentasi kasus, aku demam dan diare. Jadi aku ke toilet. Tapi aku diteleponin terus, disuruh cepat datang, dimarah-marahin. Dan setelah urusanku selesai di toilet, aku datang. Aku dibentak-bentak karena nggak segera muncul. Padahal aku sudah izin karena lagi diare.” Ungkap Pria tersebut.
Pada momen masih Koas, Koas adalah program co-assistant yang harus ditempuh dokter muda berupa praktik rumah sakit untuk bisa menangani pasien. Perundungan yang masih tidak seberapa kalau dia bandingkan dengan para Residen (Seniornya) rasakan. Di sisi lain para residen(Serior) juga kerap merundung para Koas. Residensi tahap selanjutnya dari koas, biasa disebut dokter residen karena tengah menjalani pendidikan dokter spesialis (PPDS).
Residen junior biasa mendapat perundungan membelikan makanan setiap harinya untuk para senior yang mana menggunakan uang pribadi mereka. Meminta makanan tersebut pun tidak murah, yang mana satu porsinya bisa mencapai Rp 30 ribu/lebih dan itu mesti membelikan ke semua senior.
Laporan yang diterima para junior dalam dunia kedokteran pasti akan menerima perundungan dari senior. Sedangkan senior tersebut juga mendapat perundungan dari yang lebih senior lagi. Lantas lingkungan atau lingkungan perundungan ini sudah turun menurun dalam kurikulum kedokteran. Mereka hanya bisa membatin dan tak membayangkan berapa yang akan dikeluarkan apabila seseorang mengambil pendidikan sampai spesialis.
Viral Dan Tersebarnya Kasus Perundungan
Sejak viralnya kasus perundungan yang dialami seorang mantan calon dokter spesialis di Sumatera Barat banyak bermunculan berita-berita lainnya. Pertama kali kasus perundungan ini diceritakan oleh seorang koas saat menghadiri diskusi terbuka rancangan Undang-Undang Kesehatan yang bersama dengan Budi Gunadi Sadikin.
Suruh antar jemput pagi juga wajar, jam dua pagi harus menjemput kakak kelas di stasiun atau di airport itu adalah hal yang wajar
Perundungan lain yang ramai dibicarakan di akun Twitter @txtdarijasputih, mengutip dari @ppdsgram, juga membuka tabir kelam senioritas dunia pendidikan kedokteran. Seorang istri mantan residen di Pulau Jawa menceritakan pengalaman suaminya kala mengalami perundungan oleh senior dan konsulennya.
Senior sering meminta memesan PSK, mengantarkan dan menemani senior ke spa++. Semua itu, dibayar menggunakan uang pribadi suaminya sebagai junior. Permintaan tersebut terjadi berulang kali sampai akhirnya suaminya memutuskan tidak melanjutkan masa pendidikan dokter spesialis.
Dokumen Kurikulum PPDS Dari Berbagai Universitas.
Tertulis lengkap dan rinci tugas-tugas terkait akademik, instruksi ketat terkait cara berkomunikasi dengan senior dan konsulen juga terlampir dan wajib dijalankan. Konsulen adalah dokter senior yang juga bertugas menjadi dosen pembimbing koas dan residen.
“Telepon (berdering) satu kali tunggu lima menit, telepon (berdering) kedua kali (lakukan) SMS, selalu selamat pagi/siang/malam, mohon maaf mengganggu, mohon izin bertanya dokter untuk keperluan. Telepon dianggap masuk jika ada nada dering, langsung diangkat, jangan sampai ada dua kali nada dering, pastikan yang menutup telepon adalah senior, berapa pun lamanya,” bunyi salah satu aturan itu.
Adapun hal-hal di luar akademik yang juga termaktub antara lain menyiapkan lapangan futsal beserta peralatannya serta ragam camilan untuk senior dan konsulen.
Tak hanya itu, urusan makan juga mesti dipersiapkan dengan detail kebutuhan masing-masing konsulen, dan tidak boleh makan atau berhenti makan sebelum senior memulai atau selesai makan.